Akhir-akhir ini sangat susah masuk ke Kompasiana, kalau tidak salah sejak berlakunya fitures dan tampilan -yang katanya- lebih keren dan memudahkan akses dan kenyamanan anggotanya (sejak 1 Nopember 2010) genaplah 2 bulan saya merasakan betapa susahnya mengakses Kompasiana.
Apa yang terbaca pada akses Kompasiana malam ini (3/1/2011) adalah :
Situs web mengalami galat saat mengambilhttp://www.kompasiana.com/galsu. Situs web mungkin sedang terganggu karena ada perawatan atau dikonfigurasi secara salah.
Galat HTTP 500 (Internal Server Error): An unexpected condition was encountered while the server was attempting to fulfill the request.
Selidik punya selidik, ternyata keluhan ini bukan saja saya rasakan, beberapa kompasianers juga mengeluhkan hal ini, misalnya dari sebuah psotingan tanggal 2 Januari 2011 seorang kompasianer menulis tulisan 1001 kali megakses Kompasiana baru bisa berhasil.
Sebelumnya juga telah banyak pengalaman-pengalaman rekan-rekan yang mengeluhkan hal yang serupa. Bahkan diantara reka-rekan ada yang meminta agar Kompasiana kembali saja kepada tampilan awalnya yang tidak banyak “tedeng aling-aling” kecanggihan teknologi dan tampilannya.
Dulu (sebelum masuknya Nopember 2010) saat Kompasiana baru berusia 2 (dua) tahun mungkin tidak banyak kendalanya dalam dunia maya. Apakah routingnya yang saat itu belum dipersulit atau menjadi sulit atau karena volume pengaksesnya yang sudah terlalu banyak? Saya kira dugaan ini dapat ditepis mengingat pengakses Facebook saja tidak mengalami kendala yang berarti walau servernya dapat dikatagorikan server raksasa sekelas Yahoo atau Google.
Dugaan saya penyebab susahnya mengakses Kompasiana saat ini karna Kompasiana sudah terlalu banyak musuhnya. Hal ini disebabkan karena para penulis di Kompasiana lebih sering menyampaikan tulisan-tulisan yang bertendensi menyudutkan pihak lain terutama pemerintah atau badan swasta lainnya. Padah kita tahu bahwa Pemerintah atau unit usaha swasta kelas dunia yang sering disoroti itu memiliki kemampuan apa saja untuk menganggu atau mengacaukan sistem komunikasi sebuah situs atau blog milik masyarakat.
Kongkritnya, Kompasiana sedang di hack oleh hacker dari dalam negeri terutama oleh kelompok yang sering mendiskreditkan kelompok tersebut. Jika ini terjadi maka kebebasan menyuarakan pendapat melalui media kembali terbelengu dan terhalangi oleh sikap otoriter dan memberangus azas demokrasi yakni kebebasan menyampaikan pendapat dalam forum yang resmi.
Masalahnya, apakah kebebasan yang telah pernah kita rasakan agak terbuka beberapa saat yang lalu itu merupakan kebebasan yang menganut azas saling menghargai, menghormati dan memenuhi azas praduga tak bersalah? Bukankah dari tulisan di Kompasiana itu dapat membocorkan informasi kemana-mana merebak hingga ke seluruh dunia? Taruhlah informasi yang disampaikan itu benar. Jika tidak benar atau kurang benar? Siapa yang mau disalahkan?
Akhirnya kesalahan itu ditumpahkan ke Kompasiana. Maka tak heran, Kompasiana sekarang ini mirip PLN yang kadang mati mendadak lalu nyala kembali dan mati lagi berulang kali. Pyar-bet Kompasiana akhir-akhir ini sudah tidak terhitung lagi kejadiannya. Belum lagi tindakan memperbaiki server yang mendadak dapat dinilai sebagai adanya serangan Hecker dalam bentuk virus yang mengacau sistem informasi dari server Kompasiana.
Selain Kompasiana yang disalahkan, siapa lagi yang disalahkan? Tentunya adalah penulis-penulis yang dianggap vokal dan arogan dan tidak memiliki dasar-dasar metode jelas dan terukur serta kajian yang empiris dan terus menerus dianggap sebagai provokator bukan tak mungkin akunnya juga dapat diganggu alias dibobol sehingga tidak dapat meneruskan kembali beranjangsana ke Kompasiana secara leluasa.
Mudah-mudahan dugaan ini TIDAK BENAR, tapi mau tak mau saya harus menyampaikan analisa dan dugaan apa sebetulnya yang terjadi terhadap rumah sehat ini? Padahal -sekali lagi- menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan dan lisan adalah kebebasan seseorang dalam dunia Demokrasi. Perkara ada yang lepas kontrol sekali-kali dalam tulisan yang bertendensi minor dan menyerang, saya kira seharusnya pihak-pihak yang mendapat mendapat serangan dapat bersikap arif dan bijaksana karena mengacu kepada azas demokrasi tadi. Selain itu masyarakat juga sudah maklum dan mengerti jika penulisnya menyampaikan berita itu tidak berdasarkan data, fakta dan sebenarnya (hanya dugaan dan analisa dari sumber data yang telah duluan tersebar dan belum tentu kebenarannya).
Semoga tulisan ini mampu membuat kita sedikit hati-hati agar tidak lebih memberatkan Kompasiana sebagai sasaran kemarahan musuh-musuh yang semakin banyak mengerubungi Kompasiana saat ini. Apa yang dapat kita lakukan menolong Kompasiana adalah membantu Kompasiana dengan menyampaikan tulisan yang bertendensi menenteramkan, membuat adem dan memberi pencerahan dari sisi yang melegakan pihak-pihak yang menjadi sasaran kemarahan tulisan kita selama ini.
Jika hal ini tidak dapat kita perhatikan, saya kuatir suatu saat Kompasiana akan tidak dapat diakses dengan leluasa lagi dan mungkin akan menjadi kenangan sebagai bahan cerita pengalaman kita masing-masing yang pernah merasakan ikut nimbrung secara aktif dalam blog Jurnalisme warga yang paling hebat dan pernah ada di tanah air. Oleh karena sesuatu hal yang sifatnya irasional emosioanal banyak pihak yang berkuasa dan memiliki kekuasaan terpaksa kita tidak berada lagi di dalamnya.
Pihak-pihak yang merasa telah disubordinatkan oleh Kompasianers melakukan serangan balik melalui teknologi informasi dengan mengacaukan sistem penyajian data Kompasiana.
Benarkah dugaan ini? Semoga tidak benar dan ada baiknya kita waspadai.
Salam Kompasiana
galsu keren
0 komentar:
Post a Comment
Jangan lupa,tinggalin jejakmu di bawah ini ya...